cookie

نحن نستخدم ملفات تعريف الارتباط لتحسين تجربة التصفح الخاصة بك. بالنقر على "قبول الكل"، أنت توافق على استخدام ملفات تعريف الارتباط.

avatar

FAWAID HARIAN ABU ABDIRROHMAN

Catatan Fawaid Harian & Media Berbagi Ilmu An-Nafi' (yg bermanfaat), Abu Abdirrohman Yoyok Wahyu Nugroho Surabaya, Indonesia [ 0812 1777 4917 ]

إظهار المزيد
مشاركات الإعلانات
4 892
المشتركون
لا توجد بيانات24 ساعات
-177 أيام
-2030 أيام

جاري تحميل البيانات...

معدل نمو المشترك

جاري تحميل البيانات...

• Kalau memang peringatan Maulid Nabi itu disyari'atkan, tentu Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam benar-benar menunjukkan dan memberitahukannya kepada kita, terutama tentang keutamaannya. Tetapi kenyataannya, hal itu tidak pernah ada, satu huruf pun .... Menunjukkan, hal itu memang tidak disyariatkan. Wallohu a'lamu bis showwab. Demikianlah syubuhat (kerancuan pemahaman) yang ketiga, yang dihembuskan dan dilontarkan oleh orang-orang yang mengagungkan perayaan Maulid Nabi itu. Sebenarnya masih banyak yang lainnya, insya Alloh akan kami sebutkan pada pembahasan di Fawaid ini yang akan datang, berikut jawaban dan bantahannya. Semoga Alloh ta’ala memudahkan untuk menyusunnya dan menyampaikannya. Semoga pula pembahasan yang ringkas ini bisa menjadi nasehat yang bermanfaat bagi kita semuanya, _Allohu yubaarik fiikum……_ *Surabaya*, Jum'at pagi yg sejuk, 16 Robi'ul Awal 1446 H / 20 September 2024 M ✍ Akhukum fillah, *Abu Abdirrohman Yoyok WN Sby* Silahkan joint pada channel telegram kami : https://t.me/fawaidabuabdirrahman Atau yang ini : https://fawaidmudah.blogspot.com Atau link rekaman audio kajian kami : https://t.me/kajianabuabdirrahman Atau, untuk materi dakwah *BIMBINGAN MERAWAT JENASAH SESUAI SUNNAH*, silahkan joint di telegram kami : https://t.me/joinchat/AAAAAEuSTvJlbMh4YnPPvw Semoga bermanfaat bagi kita semuanya.
إظهار الكل...
FAWAID HARIAN ABU ABDIRROHMAN

Catatan Fawaid Harian & Media Berbagi Ilmu An-Nafi' (yg bermanfaat), Abu Abdirrohman Yoyok Wahyu Nugroho Surabaya, Indonesia [ 0812 1777 4917 ]

📚 Fawaid Pagi Hari Ini : *MENJAWAB BERBAGAI SYUBUHAT (KERANCUAN PEMAHAMAN) SEPUTAR PERAYAAN MAULID* (Bagian Ketiga) _Saudaraku kaum Muslimin rohimakumulloh ….._ Pada pembahasan Fawaid sebelum ini, telah kami sebutkan Syubuhat (kerancuan pemahaman) yang kedua, yang disampaikan oleh sebagian saudara kita kaum Muslimin yang beralasan bolehnya mengadakan perayaan Maulid Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam, berikut jawaban dan bantahannya. Dan pada pembahasan yang lalu, kami juga menyebutkan, bahwa mereka juga punya dalil-dalil (atau lebih tepatnya kita sebut *dalih atau alasan yang dibuat-buat saja) untuk menguatkan pendapat mereka itu.* Tetapi kalau kita perhatikan dalil-dalil mereka tersebut dalam permasalahan ini, maka semua dalil tersebut tidak terlepas dari 4 keadaan, yaitu : 1. Ayat-ayat atau hadits yang dijadikan dalil tersebut adalah shohih, tetapi tidak tepat dalam pendalilan, alias keliru, dan cenderung dipaksa-paksakan. 2. Hadits-hadits yang dijadikan dalil, kebanyakannya Dho’if (lemah), bahkan ada yang Maudhu’ (palsu), yang tidak layak dijadikan dalil. 3. Mereka juga menukilkan perkataan atau pendapat sebagian ulama untuk dijadikan dalil, padahal perkataan atau pendapat para ulama itu bukan sebagai hujjah/dalil, jika menyelisihi dalil-dalil yang shohih dari Al-Qur’an maupun dari As-Sunnah. 4. Seringkali pula, mereka membuat-buat alasan-alasan yang dipaksakan, untuk mencapai tujuan/keinginan mereka yang rusak tersebut, yaitu tetap menginginkan diadakannya maulid, meskipun jelas-jelas bukan perkara yang disyari’atkan dalam agama Islam ini. Demikianlah kenyataannya, cara mereka dalam berdalil ! Dan insya Alloh pada pembahasan ini, akan kami sebutkan kembali sebagian dari dalil-dalil mereka yang lainnya, berikut jawaban dan bantahannya pula. Semoga bisa menjadi nasehat dan pelajaran berharga bagi kita semuanya. *Syubuhat Ketiga :* Tokoh mereka, *Muhammad Alwi Al-Maliki,* dalam kitabnya *Haulal Ihtifal bil Maulid*, dia mengatakan lagi : _“Perayaan Maulid Nabi itu memotivasi orang untuk bersholawat dan kirim salam kepada Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam, seperti yang diperintahkan oleh Alloh ta’ala dalam firman-Nya :_ إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (٥٦) _“Sesungguhnya Alloh dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”_ (QS Al-Ahzab : 56) _Apa saja yang bisa merealisasikan perintah syari’at, maka itu adalah perintah yang syar’i. Sholawat kepada Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam mendatangkan banyak sekali manfaat, hingga tidak bisa ditulis oleh pena (karena terlalu banyaknya manfaat tersebut).”_ Jadi, menurut Alwi Al-Maliki ini, karena Maulid Nabi menjadikan orang bisa untuk melakukan perintah Alloh, dalam bentuk memperbanyak bersholawat kepada Nabi, berarti Maulid Nabi itu disyari'atkan. *Jawaban dan bantahan :* 1. Berdalilkan dengan ayat tersebut di atas, untuk membolehkan mengadakan perayaan Maulid Nabi, adalah *suatu bentuk penafsiran dari firman Alloh ta’ala, dengan penafsiran yang tidak pernah dikenal dan tidak pernah ditafsirkan oleh seorang ulama Salaf-pun, terutama para ulama pakar Tafsir Al-Qur’an. Dan perkara ini adalah tidak boleh !* Hal itu juga berarti *mengajak untuk melakukan suatu amalan yang tidak pernah dikenal dan tidak pernah dikerjakan oleh para ulama terdahulu (yakni perayaan Maulid).* 2. Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam, dalam banyak hadits-hadits beliau yang shohih, telah banyak memotivasi atau mendorong kita untuk banyak bersholawat dan menyampaikan salam kepada beliau. Dan ini hendaknya dilakukan pada saat-saat tertentu yang kita disyari’atkan bersholawat dan salam di dalamnya, contohnya adalah seperti : ketika hendak berdoa, ketika berdoa selesai mendengar adzan, atau di dalam sholat-sholat kita (khususnya pada saat tasyahhud terakhir), setelah takbir kedua dalam sholat jenasah, setiap kali kita menyebut nama Nabi Muhammad
إظهار الكل...
FAWAID HARIAN ABU ABDIRROHMAN

Catatan Fawaid Harian & Media Berbagi Ilmu An-Nafi' (yg bermanfaat), Abu Abdirrohman Yoyok Wahyu Nugroho Surabaya, Indonesia [ 0812 1777 4917 ]

4. Al-Maliki juga berkata : _"Sholawat kepada Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam itu mendatangkan banyak sekali manfaat, hingga tidak bisa ditulis oleh pena (karena terlalu banyaknya manfaat tersebut).”_ Ya, benar. Sholawat terhadap Nabi shollallohu alaihi wa sallam itu memang banyak sekali manfaatnya, sebagaimana yang banyak dijelaskan di dalam hadits-hadits Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam yang shohih. Tetapi, *itu semua bisa diraih, jika kita benar-benar bersholawat kepada Nabi shollallohu alaihi wa sallam sesuai dengan apa yang diajarkan oleh beliau, bukan dengan bersholawat tetapi dengan cara-cara bid’ah, yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi shollallohu alaihi wa sallam !* Kenyataannya, dalam acara peringatan Maulid Nabi yang dilakukan oleh sebagian besar kaum Muslimin, *mereka bersholawat bukan dengan sholawat yang diajarkan oleh Nabi shollallohu alaihi wa sallam kepada para Sahabat beliau, sebagaimana dalam hadits-hadits yang shohih.* *Tetapi mereka bersholawat dengan berbagai sholawat bid’ah yang dibuat-buat oleh sebagian orang yang dianggap ulama. Ini adalah kesalahan yang sangat besar !* _(insya Alloh, pada kesempatan lain, akan kami sebutkan contoh-contoh sholawat bid’ah tersebut, berikut penjelasannya !)_ Kesalahan yang lainnya, *mereka membaca sholawat-sholawat bid’ah tersebut pada waktu-waktu dan tempat-tempat tertentu yang dikhususkan, padahal tidak ada satu pun dalil yang menunjukkan pengkhususannya.* Kesalahan lain yang lebih fatal adalah : ketika mereka membaca sholawat-sholawat bid’ah tersebut, *mereka meyakini bahwa membaca sholawat-sholawat bid’ah itu lebih besar pahalanya daripada membaca Al-Qur’an, atau Alloh akan menurunkan rahmat dan berkah-Nya kepada mereka, atau Alloh akan menghilangkan kesedihan dan duka cita dengan sebab sholawat tersebut, dan lain-lain.* Itu semua mereka yakini, lebih-lebih ketika mereka membaca sebuah kitab sholawat (menurut anggapan mereka), yang bernama *JAWAHIRUL AQDI WAL BURUD,* atau yang lebih terkenal dengan *MAULID AL-BARZANJI,* karya seorang penyair sastra yang bernama Ja’far Al-Barzanji. Mereka juga membaca berbagai sholawat bid’ah, yang *isi dan kandungannya sebenarnya sangat menyakiti Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam.* *Seandainya beliau masih hidup dan mengetahuinya, tentu beliau tidak akan ridho dengan hal itu semua.* Ya, karena kebanyakan isi kandungan sholawat-sholawat bid’ah tersebut, berisi sanjungan dan pujian kepada Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam *yang sangat berlebihan dan melampaui batas kewajaran.* Padahal Nabi shollallohu alaihi wa sallam pernah bersabda (yang artinya) : _“Janganlah kalian memujiku/menyanjungku secara berlebihan, sebagaimana orang-orang Nasrani memuji Isa bin Maryam secara berlebihan ! Karena itu katakanlah (tentang aku) : “Abdulloh (hamba Alloh) dan Rosul-Nya (utusan-Nya) !”_ Disamping itu, membaca *Sholawat Nabi itu adalah suatu ibadah, dan syarat agar ibadah kita diterima oleh Alloh ta’ala adalah hendaknya ibadah itu harus ikhlas dan sesuai tuntunan (ajaran) Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam, bukan beribadah tetapi dengan cara bid’ah !* Nabi shollallohu alaihi wa sallam juga pernah bersabda : من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد _“Barangsiapa membuat-buat perkara baru dalam urusan agama ini, dengan sesuatu yang tidak ada perintahnya dari kami, maka perbuatannya itu tertolak (tidak diterima oleh Alloh) !”_ (HR *Imam Al-Bukhori* dan *Imam Muslim*) Dalam lafadz hadits lainnya : من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد _“Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amalannya itu tertolak (tidak diterima) !”_ (HR *Imam Muslim*) Jadi, kesimpulannya : • Menjadikan surat Al-Ahzab ayat 56, sebagai dalil disyari'atkannya peringatan Maulid Nabi, adalah sangat jauh dari kebenaran, tidak tepat dalam pendalilan, dan cenderung sangat dipaksa-paksakan.
إظهار الكل...
shollallohu alaihi wa sallam ataupun mendengar nama beliau disebut, ketika akan masuk dan keluar dari masjid, ketika di dalam majelis, ketika pada malam jum’at atau hari jum’atnya, dan sebagainya. (Demikianlah, sebagaimana dijelaskan dalam banyak hadits-hadits yang shohih). Adapun Al-Maliki, dia berkata : _“Perayaan Maulid Nabi itu, memotivasi orang untuk bersholawat dan kirim salam kepada Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam…”_ Kami tanyakan kepadanya : _“Untuk memperbanyak sholawat dan kirim salam kepada Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam itu, apakah harus menunggu perayaan hari Maulid Nabi, yang datangnya hanya setahun sekali itu ?_ _Katanya anda adalah orang yang mengaku cinta dengan Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam, mengapa untuk bersholawat dan salam kepada beliau saja, hanya dilakukan setahun sekali, khususnya di hari Maulid Nabi ?”_ Jelas ini tidak sesuai dengan klaim dia sebagai pecinta Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam, yang katanya menghormati beliau dan yang melaksanakan perintah Alloh untuk memperbanyak sholawat, sebagaimana perintah dalam ayat yang dia sebutkan ! Di samping itu, Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam yang paling paham/mengerti tentang perintah Alloh ta’ala dalam ayat tersebut di atas, *beliau shollallohu alaihi wa sallam tidak pernah memerintahkan dan memotivasi umat beliau untuk banyak bersholawat pada hari kelahiran beliau (Maulud) !* Beliau shollallohu alaihi wa sallam justru *memotivasi kita, untuk banyak bersholawat itu setiap saat, dan juga setiap hari, khususnya pada tempat-tempat yang disyari’atkan bagi kita untuk bersholawat di dalamnya, seperti yang telah disebutkan sebagiannya di atas.* _Sungguh, *beda sekali antara Sunnah (tuntunan) Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam, dengan Bid’ah yang dianjurkan oleh Al-Maliki ini* dan orang-orang yang sepemahaman dengannya. Karena itu perhatikanlah !_ 3. Al-Maliki juga mengatakan : _“Apa saja yang bisa merealisasikan perintah syari’at, maka itu adalah perintah yang syar’i !_ Artinya, dia ingin menjelaskan, bahwa *perayaan Maulid Nabi, yang di dalamnya bisa memotivasi orang untuk banyak bersholawat dan kirim salam kepada Nabi itu sebagaimana yang diperintahkan pada ayat tersebut di atas, maka berarti perayaan Maulid Nabi itu adalah syar’i (sesuatu yang disyari’atkan oleh agama ini) !* Kita tanyakan kepada dia : _“Wahai Al-Maliki, mana dalil-dalil yang shorih (yang jelas lagi gamblang) yang menunjukkan disyari’atkannya Maulid Nabi itu ? Tunjukkan kepada kami, meskipun hanya satu saja !”_ Selama ini dan sejauh yang kami ketahui, *dia itu hanya "muter-muter" pada dalil-dalil umum, yang pemahaman dan kesimpulannya dari dalil tersebut bisa dia tarik ke sana atau pun kesini seenak dia, sesuai dengan hawa nafsunya !* *Asalkan bisa mendukung keinginannya dan tujuannya, langsung dia jadikan sebagai dalilnya !* Kalau memang Maulid Nabi itu disyari’atkan dalam rangka untuk melaksanakan perintah Alloh ta’ala dalam ayat tersebut di atas (seperti yang dinyatakan oleh Al-Maliki), lalu *mengapa Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam tidak pernah memerintahkannya atau menganjurkannya kepada kita ?* *Dan mengapa pula para Sahabat Nabi Muhammad rodhiyallohu anhum ajma’in, mereka pun tidak pernah mengerjakan hal itu ?* *Dimana perkara yang menunjukkan disyari’atkannya Maulid Nabi itu ?* *Siapa yang lebih tahu tentang segala sarana yang bisa mewujudkan perintah Alloh ta’ala dan semua perkara yang bisa mendekatkan diri kepada Alloh ta’ala itu ?* *Apakah Al-Maliki yang paling mengetahuinya, ataukah Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam ?* Tidak adanya perintah dari Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam tentang Maulid ini, dan juga tidak adanya amalan yang dilakukan oleh para Sahabat beliau untuk mengagungkan acara maulid ini, *hal itu cukuplah sebagai bukti Bid’ah-nya Maulid ini,* meskipun orang-orang yang mengamalkan dan membelanya menyebutkan dalil-dalil yang dipaksakan dan dicari-cari. Seperti yang dilakukan oleh si Al-Maliki ini.
إظهار الكل...
Hal itu menunjukkan, bahwa *rahmat bagi seluruh alam semesta itu terjadi/terhasilkan, adalah ketika beliau diutus oleh Alloh ta’ala sebagai Rosul (utusan)-Nya. BUKAN karena kelahiran NABI Muhammad shollallohu alaihi wa sallam !* Sebagaimana juga ditegaskan sendiri oleh Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam dalam haditsnya yang shohih : إني لم أبعث لعانا, وإنما بعثت رحمة _“Sesungguhnya aku ini tidak diutus sebagai orang yang suka melaknat, tetapi aku diutus hanyalah sebagai RAHMAT.”_ (HR *Imam Muslim* no. 2599, dari Abu Huroiroh rodhiyallohu anhu) *Meskipun beliau diutus, adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta ini, tetapi bukan berarti bahwa hal itu menunjukkan bolehnya mengadakan perayaan hari kelahiran (Maulud) beliau shollallohu alaihi wa sallam.* Mengapa ? Ya, karena ayat ini turun kepada beliau, dan beliau adalah orang yang paling paham tentang ayat ini. *Tetapi beliau tidak pernah mengadakan perayaan hari kelahiran beliau (Maulud), sebagai bentuk pengamalan dari ayat ini !* *Beliau juga tidak pernah memerintahkan para Sahabat beliau dan keluarga beliau untuk mengadakan perayaan Maulud beliau !* _Apakah mungkin, bahwa beliau tidak paham ayat ini ? Atau apakah mungkin beliau lupa, sehingga beliau tidak menyampaikan dan tidak menganjurkan kaum Muslimin untuk mengamalkannya ?_ _Ataukah mungkin, yang paling paham tentang kandungan ayat ini hanyalah Ali Al-Ja’fary As-Shufy dan Muhammad Alwi Al-Maliki, atau orang-orang yang sependapat dengan mereka berdua, sedangkan Nabi shollallohu alaihi wa sallam dan para Sahabat beliau tidak paham ?_ Cobalah anda semua pikirkan sendiri jawabannya ! 4. Sekali lagi perlu ditegaskan : *bahwa bergembira atau senang dengan kelahiran Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam, bukan berarti kita harus membuat-buat perkara BID’AH dalam agama Islam, seperti perayaan Maulid Nabi ini !* Bukan dengan mengajak manusia untuk melakukan bid’ah, bukan dengan membuat-buat suatu ajaran atau amalan baru yang tidak pernah diijinkan oleh Alloh ta’ala dan juga Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam. Bergembira dengan Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam itu, *sepantasnya diwujudkan dengan mengikuti ajaran/tuntunan beliau shollallohu alaihi wa sallam dan berpegang teguh dengannya, menjauhi semua bentuk bid’ah dalam agama ini, dan beribadah sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dan disyari’atkan oleh beliau shollallohu alaihi wa sallam.* Hal ini, dalam rangka untuk mengamalkan sabda beliau shollallohu alaihi wa sallam sebagai berikut : عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي, عضوا عليها بالنواجد, وإياكم ومحدثات الأمور, وإن كل بدعة ضلالة _“Hendaknya kalian berpegang teguh pada Sunnah-ku dan Sunnah Khulafaur Rosyidin yang mendapatkan petunjuk sepeninggalku. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian (yakni pegang teguhlah sunnah tersebut) ! Dan berhati-hatilah kalian dengan perkara-perkara baru (yang diada-adakan atas nama agama ini), karena sesungguhnya semua bid’ah itu adalah sesat !”_ (HR *Imam At-Tirmidzi, An-Nasa’i* dan yang lainnya dengan sanad yang shohih ) *Seperti itulah seharusnya cara kita bergembira atau senang dengan Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam.* Bukan dengan cara yang diajarkan oleh Ali Al-Ja’fary dan Alwi Al-Maliki seperti tersebut di atas ! Dari sini kita bisa mengetahui, bahwa *hujjah (argumentasi) yang disampaikan oleh dua orang itu, tidaklah valid sama sekali, dan mereka berdua memahaminya tidak sesuai dengan yang semestinya !* _Wallohu a’lamu bis showab ..._ Demikianlah syubuhat (kerancuan pemahaman) kedua, yang dihembuskan dan dilontarkan oleh orang-orang yang mengagungkan perayaan Maulid Nabi itu. Dan sebenarnya masih banyak yang lainnya, yang insya Alloh akan kami sebutkan pada pembahasan di Fawaid ini yang akan datang, berikut jawaban dan bantahannya, insya Alloh. Semoga Alloh ta’ala memudahkan untuk menuliskannya dan menyampaikannya. Semoga pula pembahasan yang ringkas ini bermanfaat untuk kita semuanya. _Allohu yubaarik fiikum ...._
إظهار الكل...
*Surabaya*, Rabu pagi yg sejuk, 14 Robi'ul Awal 1446 H / 18 September 2024 M ✍ Akhukum fillah, *Abu Abdirrohman Yoyok WN Sby* Silahkan joint pada channel telegram kami : https://t.me/fawaidabuabdirrahman Atau yang ini : https://fawaidmudah.blogspot.com Atau link rekaman audio kajian kami : https://t.me/kajianabuabdirrahman Atau, untuk materi dakwah *BIMBINGAN MERAWAT JENASAH SESUAI SUNNAH*, silahkan joint di telegram kami : https://t.me/joinchat/AAAAAEuSTvJlbMh4YnPPvw Semoga bermanfaat bagi kita semuanya.
إظهار الكل...
FAWAID HARIAN ABU ABDIRROHMAN

Catatan Fawaid Harian & Media Berbagi Ilmu An-Nafi' (yg bermanfaat), Abu Abdirrohman Yoyok Wahyu Nugroho Surabaya, Indonesia [ 0812 1777 4917 ]

📚 Fawaid Pagi Hari Ini : *MENJAWAB BERBAGAI SYUBUHAT (KERANCUAN PEMAHAMAN) SEPUTAR PERAYAAN MAULID* (Bagian Kedua) _Saudaraku kaum Muslimin rohimakumulloh ….._ Pada pembahasan Fawaid sebelum ini, telah kami sebutkan Syubuhat (kerancuan pemahaman) yang pertama, yang disampaikan oleh orang-orang yang beralasan bolehnya mengadakan perayaan Maulid Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam, berikut jawaban dan bantahannya. Dan insya Alloh pada pembasan ini, akan kami sebutkan sebagian dari dalil-dalil mereka yang lainnya, berikut jawaban dan bantahannya pula. Semoga bisa menjadi nasehat yang bermanfaat bagi kita semuanya. *Syubuhat Kedua :* Mereka berdalil dengan firman Alloh ta’ala, yang tersebut adalam *Surat Yunus ayat 58* sebagai berikut : قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (٥٨) _“Katakanlah : "Dengan karunia Alloh dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Alloh dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”_ (QS Yunus : 58) Berdasarkan ayat ini, mereka mengatakan : _“Alloh ta’ala menyuruh kita untuk bergembira dengan rahmat-Nya. Sedangkan Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam adalah rahmat-Nya yang paling besar. Oleh karena itulah, kita bergembira dan merayakan Maulid (hari kelahiran) beliau !”_ Demikian seperti yang diucapkan oleh salah seorang tokoh mereka yang bernama : *Habib Ali Al-Ja’fary Ash-Shufi,* dalam kaset ceramahnya yang berjudul *Maqoshidul Mu’minah wa Qudwatuha fil Hayah.* Juga sebagaimana dinyatakan oleh *Muhammad Alwi Al-Maliki* dalam kitabnya yang berjudul *Haulal Ihtifal bil Maulid.* *Jawaban dan bantahan :* 1. Tidak diragukan lagi, bahwa *berbahagia dengan adanya Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam adalah perkara yang diperintahkan dalam agama Islam.* Dan beliau shollallohu alaihi wa sallam itu adalah *rahmat bagi seluruh alam semesta.* Akan tetapi berdalil dengan ayat tersebut di atas, untuk melakukan suatu amalan Bid’ah (yakni perayaan Maulid Nabi), adalah *suatu ISTIDLAL (cara pendalilan) yang tidak benar, kesimpulan orang yang mendholimi ayat, dan memperlakukan ayat-ayat Al-Qur’an sesuai selera hawa nafsunya !* 2. Tidak ada seorang pun dari para ulama Ahli Tafsir yang terpercaya, seperti : *Al-Imam Ibnu Jarir Ath-Thobari, Al-Qurthubi, Ibnu Katsir, Al-Baghowi, Ibnul Arobi* dan yang lainnya, yang menafsirkan ayat tersebut di atas dengan penafsiran seperti yang dikatakan oleh dua tokoh tadi. Para ulama Ahli Tafsir tersebut di atas, *tidak ada satu pun dari mereka yang menafsirkan kata “rahmat” yang tersebut di ayat di atas ditafsirkan dengan : ROSULULLOH shollallohu alaihi wa sallam.* Yang benar, yang dimaksud dengan “rahmat” dalam ayat di atas adalah *AL-QUR’AN.* Sebagaimana yang ditunjukkan pada ayat sebelumnya, yaitu firman Alloh ta’ala : يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ (٥٧) _”Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Robb-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada (hati), dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”_ (QS Yunus : 57) Demikian itulah penafsiran para ulama di kalangan para Sahabat Nabi, seperti *Ibnu Abbas* rodhiyallohu anhuma, dan juga *Abu Sa’id Al-Khudri* rodhiyallohu anhu. Sedangkan dari kalangan para ulama Tabi’in, diantaranya adalah *Al-Hasan Al-Bashri, Ad-Dhohak, Mujahid, dan Qotadah* rohimahumulloh (lihat : *Tafsir At-Thobary* (15/105), dan *Tafsir Al-Qurthubi* (8/353) ) 3. Benar, bahwa Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam itu diutus *sebagai rahmat bagi seluruh alam,* sebagaimana dinyatakan di dalam firman Alloh ta’ala : وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ (١٠٧) _“Dan tidaklah Kami mengutus kamu (wahai Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam semesta.”_ (QS Al-Anbiya’ : 107)
إظهار الكل...
FAWAID HARIAN ABU ABDIRROHMAN

Catatan Fawaid Harian & Media Berbagi Ilmu An-Nafi' (yg bermanfaat), Abu Abdirrohman Yoyok Wahyu Nugroho Surabaya, Indonesia [ 0812 1777 4917 ]

*Dan akibat qiyas yang bathil ini, menyebabkan banyak orang tersesat dari jalan yang lurus.* Sebagaimana kata *Al-Imam Ibnu Sirin* rohimahulloh : _“Yang pertama kali menggunakan qiyas (yang bathil) (sebagai dalil) adalah Iblis ! Dan tidaklah matahari dan bulan itu disembah (oleh manusia), kecuali dengan (sebab) qiyas (yang bathil) !”_ (HR *Ad-Darimi* dalam As-Sunan (no. 195) dan *Ibnu Abdil Barr* dalam Jami’ Bayanil Ilmi, no. 1675, sanadnya Hasan) 6. Diantara sebab dan sumber Bid’ah-nya perayaan Maulid Nabi ini adalah *sikap AL-ISTIHSAN, yaitu menganggap baiknya sesuatu, tetapi hanya berdasarkan pemikirannya sendiri, atau perasaannya sendiri, tanpa dalil-dalil yang shohih yang mendukungnya.* Dan ini adalah perkara yang sangat keliru dan jauh dari kebenaran ! Seperti yang dilakukan juga oleh si Al-Maliki ini. Dengan santainya dia berkata : _“Hal ini (yakni berpuasa di hari Senin itu), hampir semakna dengan perayaan, walaupun bentuknya berbeda. Yang jelas, makna pemuliaan itu ada, apakah dengan berpuasa, atau dengan memberi makanan, atau dengan berkumpul-kumpul untuk mengingat, atau dengan bersholawat kepada beliau, dan lain-lain…”_ Itulah sikap Istihsan (menganggap baik sesuatu) dia, dengan pemikiran dan perasaannya semata, tanpa dalil-dalil shohih yang mendukung pendapat ngawurnya ini ! Yang sepantasnya dia lakukan, *hendaknya dia mengikuti dalil, tunduk kepadanya, bukan malah membuat-buat kebid’ahan tetapi bersembunyi di balik dalil-dalil.* _Allohul Musta’an ……_ Demikianlah salah satu syubuhat (kerancuan pemahaman) yang dihembuskan dan dilontarkan oleh sebagian saudara kita kaum Muslimin, yang mengagungkan perayaan Maulid Nabi Muhammad. Dan masih banyak yang lainnya, yang insya Alloh akan kami sebutkan pada pembahasan di Fawaid ini yang akan datang, satu persatu, berikut jawaban dan bantahannya, insya Alloh. Semoga Alloh ta’ala memudahkan bagi kami untuk membahasnya dan menuliskannya. Semoga pembahasan yang ringkas ini, bisa menjadi nasehat dan tambahan ilmu yang bermanfaat untuk kita semuanya ...... _Allohu yubaarik fiikum ……_ _(Catatan : Tulisan ini kami tulis dan pernah ditampilkan dalam Fawaid ini, sekitar bulan Nopember 2019 yang lalu, menjelang masa Covid-19._ _Tetapi mengingat manfaatnya bagi kaum Muslimin, maka kami tampilkan kembali, sebagai pengingat dan nasehat untuk kita semuanya._ _Kami hanya sekedar menyampaikan, dan mengajak untuk berpikir dan bersikap ilmiah. Yang mau menerima nasehat, ya Alhamdulillah. Bagi yang belum mau, bahkan justru marah-marah, ya terserah)_ *Surabaya*, Selasa pagi yg sejuk, 13 Robi'ul Awal 1446 H / 17 September 2024 M ✍ Akhukum fillah, *Abu Abdirrohman Yoyok WN Sby* Silahkan joint pada channel telegram kami : https://t.me/fawaidabuabdirrahman Atau yang ini : https://fawaidmudah.blogspot.com Atau link rekaman audio kajian kami : https://t.me/kajianabuabdirrahman Atau, untuk materi dakwah *BIMBINGAN MERAWAT JENASAH SESUAI SUNNAH*, silahkan joint di telegram kami : https://t.me/joinchat/AAAAAEuSTvJlbMh4YnPPvw Semoga bermanfaat bagi kita semuanya.
إظهار الكل...
FAWAID HARIAN ABU ABDIRROHMAN

Catatan Fawaid Harian & Media Berbagi Ilmu An-Nafi' (yg bermanfaat), Abu Abdirrohman Yoyok Wahyu Nugroho Surabaya, Indonesia [ 0812 1777 4917 ]

Dan Nabi shollallohu alaihi wa sallam berpuasa pada hari itu (Senin dan Kamis), *agar ketika amalannya disodorkan/dipaparkan (di hadapan Alloh ta’ala), beliau sedang dalam keadaan beramal sholih, yaitu dengan berpuasa sunnah di hari itu.* Sebagaimana disebutkan dalam hadits *Abu Huroiroh* rodhiyallohu anhu yang shohih, Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda : تعرض الاعمال يوم الاثنين والخميس, فأحب ان يعرض عملي وأنا صائم _“Amalan-amalan (seorang hamba) akan disodorkan/dipaparkan (di hadapan Alloh) pada hari *Senin dan Kamis*. Dan aku senang apabila amalanku disodorkan/dipaparkan (di hadapan Alloh), sedangkan aku dalam keadaan berpuasa.”_ (HR *At-Tirmidzi* no. 747, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani rohimahuloh, dalam *Irwa’ul Gholil,* no. 949) Jadi, beliau berpuasa pada hari Senin khususnya, *bukan semata-mata karena hari itu adalah hari kelahiran beliau, tetapi karena sebab yang lebih utama dan besar, sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.* Maka berdalilkan dengan hadits puasa pada hari Senin untuk membolehkan perayaan Maulid Nabi, adalah *puncak Takalluf (pemaksaan diri) dan pendapat yang sangat jauh dan menyimpang dari kebenaran !* 3. Yang disyari’atkan dan dibolehkan untuk diamalkan pada hari Senin dan Kamis itu adalah *hanya dengan berpuasa sunnah saja, tidak ada amalan yang lainnya.* Sebagaimana hal itu lah yang hanya dilakukan oleh Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam. _*Adapun menganggap bolehnya melakukan amalan yang lainnya, untuk menyakralkan atau memuliakan hari Senin sebagai hari kelahiran Nabi, dengan perayaan Maulid, jelas ini merupakan pemikiran yang rusak, dan sangat jauh dari sunnah (tuntunan) Nabi shollallohu alaihi wa sallam.*_ *Tidak ada satu pun ulama terpercaya lainnya yang punya pendapat yang ngawur, seperti Alwi Al-Maliki ini.* 4. Tidak boleh kita melampuai batas atau berlebih-lebihan dari apa yang telah disyari’atkan oleh agama kita ini, dengan melakukan amalan-amalan yang tidak disyari’atkan. *Alloh ta’ala dan Rosul-Nya, melarang kita dari sikap melampuai batas dalam agama ini,* sebagaimana yang pernah dilakukan oleh orang-orang Ahli Kitab, akibatnya mereka pun sesat dan kafir ! Alloh ta’ala berfirman : يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلا الْحَقَّ……(١٧١) _“Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar……”_ (QS An-Nisa’ : 171) Alloh ta’ala juga berfirman : قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ (٧٧) _“Katakanlah: "Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Nabi Muhammad), dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus."_ (QS Al-Maidah : 77) Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam juga mengabarkan, *bahwa sikap ghuluw (berlebih-lebihan) dalam beragama itu menyebabkan rusaknya dan binasanya agama seseorang !* Sebagaimana sabda beliau shollallohu alaihi wa sallam : إياكم والغلو فإنما أهلك من كان قبلكم الغلو _“Hati-hatilah kalian dari sikap Ghuluw (berlebih-lebihan/melampuai batas), karena sesungguhnya yang menyebabkan binasanya orang-orang sebelum kalian adalah karena sikap Ghuluw !”_ ( HR *Imam Ahmad* dan *Ibnu Majah*, dengan sanad yang shohih) 5. Jika telah ada dalil-dalil yang shohih, tetapi kemudian *seseorang cenderung berpendapat dengan menggunakan QIYAS (analog-analog), maka hal itu akan menyebabkan kesesatan pada seseorang tersebut.* Seperti yang dilakukan si Al-Maliki ini, *dia menqiyas-kan perayaan Maulid Nabi, dengan perintah berpuasa di hari Senin.* Padahal, qiyas dia ini jauh dari kebenaran. Dan yang benar pula, bahwa *bila telah ada dalil yang shohih dan shorih (jelas) tentang suatu permasalahan, maka batal-lah segala bentuk qiyas !*
إظهار الكل...
📚 Fawaid Pagi Hari Ini : *MENJAWAB BERBAGAI SYUBUHAT (KERANCUAN PEMAHAMAN) SEPUTAR PERAYAAN MAULID* (Bagian pertama) _Saudaraku kaum Muslimin rohimakumulloh ….._ Sebagian saudara kita kaum Muslimin yang membolehkan untuk mengadakan perayaan Maulid Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam, *mereka mengaku mempunyai dalil-dalil atau hujjah atau argumentasi, yang mendukung atau menunjukkan bolehnya melakukan perayaan maulid tersebut.* Dan kalau kita perhatikan dalil-dalil mereka tersebut dalam permasalahan ini, maka *semua dalil tersebut tidak terlepas dari 4 keadaan,* yaitu : 1. Boleh jadi, ayat-ayat atau hadits-hadits yang dijadikan dalil tersebut adalah *shohih, tetapi tidak tepat dalam pendalilan, alias keliru, dan cenderung dipaksa-paksakan.* 2. Atau boleh jadi pula hadits-hadits yang dijadikan dalil, kebanyakannya *Dho’if (lemah), bahkan ada yang Maudhu’ (palsu), yang tidak layak dijadikan dalil.* 3. Mereka juga *sering menukilkan perkataan atau pendapat sebagian ulama untuk dijadikan dalil, padahal perkataan atau pendapat para ulama itu bukan sebagai hujjah/dalil, jika menyelisihi dalil-dalil yang shohih dari Al-Qur’an maupun dari As-Sunnah.* 4. Seringkali pula, mereka *membuat-buat alasan-alasan yang dipaksakan, untuk mencapai tujuan/keinginan mereka yang rusak tersebut, yaitu tetap menginginkan diadakannya maulid, meskipun jelas-jelas bukan perkara yang disyari’atkan dalam agama Islam ini.* Demikian itulah keadaannya dan kenyataannya, dalil-dalil dan alasan mereka, sekedar untuk menguatkan argumentasi mereka ! Dan insya Alloh, akan kita sebutkan *sebagian dari dalil-dalil mereka tersebut, berikut jawaban dan bantahannya,* sesuai dengan yang dimudahkan oleh Alloh Ta’ala untuk menerangkannya. *Syubuhat Pertama* : Mereka berdalil dengan hadits yang diriwayatkan oleh *Imam Muslim* rohimahulloh dalam kitab *Shohih*-nya no. 1162, dari hadits *Abu Qotadah Al-Anshory* rodhiyallohu anhu : _“Bahwa nabi shollallohu alaihi wa sallam pernah ditanya *tentang puasa pada Senin*, maka beliau bersabda :_ فِيه وُلِدْت وَفِيه انْزِلَ عَلَي _*“Pada hari itu aku dilahirkan*, dan pada hari itu pula diturunkannya (wahyu) kepadaku.”_ Kemudian, tokoh mereka, *Syaikh Muhammad Alwi Al-Maliki*, dalam kitabnya *Haulal Ihtifal bil Maulid* (hal. 10), setelah membawakan hadits tersebut di atas, dia mengatakan : _“Sisi pendalilan dari hadits ini (menurut dia, Alwi Al-Maliki) adalah : bahwa Nabi shollallohu alaihi wa sallam *memuliakan dan mengagungkan hari kelahiran beliau dengan berpuasa pada hari itu.*_ _Hal ini (yakni berpuasa itu), *hampir semakna dengan perayaan*, walaupun bentuknya berbeda._ _Yang jelas, makna pemuliaan itu ada, apakah dengan berpuasa, atau dengan memberi makanan, atau dengan berkumpul-kumpul untuk mengingat, atau dengan bersholawat kepada beliau, dan lain-lain…”_ *Jawaban dan bantahan :* 1. Perkataan Al-Maliki : _“bahwa Nabi shollallohu alaihi wa sallam memuliakan dan mengagungkan hari kelahiran beliau, dengan berpuasa pada hari itu."_ Ini tidak benar ! Yang benar adalah, bahwa Nabi shollallohu alaihi wa sallam *tidak berpuasa pada tanggal kelahiran beliau (yang dianggap sebagai Hari Maulud), tetapi berpuasa pada Hari Senin, yang mana hari Senin itu berulang setiap bulannya sebanyak empat kali, atau terkadang lima kali.* Beliau shollallohu alaihi wa sallam juga *tidak pernah mengkhususkan untuk melakukan amalan-amalan tertentu pada tanggal kelahiran beliau.* Hal ini adalah bukti yang menunjukkan, bahwa *beliau shollallohu alaihi wa sallam tidak pernah menganggap tanggal kelahiran beliau (hari Maulud) lebih utama daripada yang lainnya.* 2. Bahkan, Nabi shollallohu alaihi wa sallam *tidak mengkhususkan berpuasa pada hari Senin saja, tetapi juga berpuasa pada hari Kamis,* karena pada dua hari itulah amal-amal seorang hamba akan disodorkan/dipaparkan (di hadapan Alloh subhanahu wa ta’ala).
إظهار الكل...
FAWAID HARIAN ABU ABDIRROHMAN

Catatan Fawaid Harian & Media Berbagi Ilmu An-Nafi' (yg bermanfaat), Abu Abdirrohman Yoyok Wahyu Nugroho Surabaya, Indonesia [ 0812 1777 4917 ]

اختر خطة مختلفة

تسمح خطتك الحالية بتحليلات لما لا يزيد عن 5 قنوات. للحصول على المزيد، يُرجى اختيار خطة مختلفة.