cookie

نحن نستخدم ملفات تعريف الارتباط لتحسين تجربة التصفح الخاصة بك. بالنقر على "قبول الكل"، أنت توافق على استخدام ملفات تعريف الارتباط.

avatar

Ittiba' Sunnah

Nerakamu memang bukan urusanku&surgapun belum tentu jdi milikku.Tapi mengajakmu dlm kebaikan adlh kewajibanku Allah ta'ala berfirman, فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ الْمُبِينُ Maka ketahuilah kewajiban yg dibebankan atasmu hanyalah menyampaikan dg terang

إظهار المزيد
مشاركات الإعلانات
1 949
المشتركون
لا توجد بيانات24 ساعات
+47 أيام
+430 أيام

جاري تحميل البيانات...

معدل نمو المشترك

جاري تحميل البيانات...

Photo unavailableShow in Telegram
Photo unavailableShow in Telegram
Photo unavailableShow in Telegram
Photo unavailableShow in Telegram
Photo unavailableShow in Telegram
01:03
Video unavailableShow in Telegram
28.84 MB
"Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca surah dalam shalat Zhuhur dan ‘Ashar?” Dia menjawab, “Ya.” Kami tanyakan lagi, “Bagaimana kalian bisa mengetahuinya?” Dia menjawab, “Dari gerakan jenggot beliau.” [HR Bukhari no.760] Hadits diatas tegas menunjukkan bahwa saat shalat yang bacaanya tidak dikeraskan, maka tetap dituntut membaca ayat Quran atau dzikir lainnya dengan terlihatnya gerakan bibir dan tak cukup membacanya dalam hati saja. Selengkapnya: ➡https://www.dakwahmanhajsalaf.com/2021/12/apakah-sah-shalat-tanpa-menggerakkan-bibir.html?m=1
إظهار الكل...

﷽ ┏ □■□ ━━━━━━━ DZIKIR DAN SHALAT HARUSKAH MENGGERAKKAN LISAN (LIDAH)? ┗━━━━━━━━━━ ○○● Apakah dzikir dan shalat harus menggerakkan lidah atau bibir (lisan)? Misal kala kita membaca surat dalam shalat, apa boleh mulut didiamkan saja? Dzikir Tidak Cukup di Lisan Yang pertama perlu dipahami bahwa dzikir itu tidak cukup di lisan. Dzikir haruslah dengan lisan, dengan hati dan anggota badan. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata, “Jika disebut dzikir pada Allah, maka mencakup dzikir dengan memiliki akidah yang benar pada Allah, dzikir dengan pikiran, dzikir dengan amalan hati, dzikir dengan amalan badan, atau dzikri dengan memuji Allah, atau dzikir juga bisa dengan mempelajari dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat dan semacam itu. Semua termasuk dzikir pada Allah Ta’ala.” (Ar-Riyadh An-Nadhroh, hal. 245) Akan tetapi, dzikir yang terpenting adalah dengan hati, bukan hanya gerakan bibir semata sebagaimana yang disebutkan dalam ayat, وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ “Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya.” (QS. Al-Kahfi: 28). Kata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah, makna orang yang lalai dari dzikir di antaranya adalah orang yang berdzikir dengan lisan namun tidak dengan (perenungan) hatinya. (Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Surat Al-Kahfi, hal. 62) Bentuk dzikir dengan hati adalah dengan memikirkan ayat-ayat Allah, mencintai Allah, mengagungkan Allah, kembali pada Allah, takut pada Allah, tawakkal pada Allah, dan amalan hati lainnya. Bentuk dzikir dengan lisan adalah mengucapkan dengan perkataan yang mendekatkan diri pada Allah. Bentuk dzikir lisan yang utama adalah dzikir ‘laa ilaha illallah’. Bentuk dzikir dengan jawarih (anggota badan) adalah dengan perbuatan yang mendekatkan diri pada Allah seperti dengan berdiri ketika shalat, dengan ruku’, sujud, jihad dan menunaikan zakat. Dzikir dengan Menggerakkan Lisan (Lidah) Ibnu Rusyd berkata dalam Al-Bayan wa At-Tahshil (1:490), dari Imam Malik rahimahullah bahwa beliau ditanya mengenai bacaan yang dibaca dalam shalat lantas tidak didengar oleh seorang pun, tidak pula oleh dirinya sendiri, dan lisan ketika itu tidak bergerak. Jawab Imam Malik, itu bukanlah qira’ah (membaca). Yang dimaksud dengan membaca adalah dengan menggerakkan lisan. Al-Kasani dalam Badai’ Ash-Shanai’ (4:118) berkata, “Membaca hendaklah dengan menggerakkan lisan (bibir) kala mengucapkan huruf. Jika ada yang mampu membaca namun cuma diam saja tanpa menggerakkan lisan dengan mengucapkan huruf, shalatnya tentu tidak sah. Begitu pula jika ada yang bersumpah tidak mau membaca satu surat pun dalam Al-Qur’an lantas ia melihat Al-Qur’an dan memahaminya tanpa menggerakkan lisannya, ketika itu belum disebut membatalkan sumpah.” Karena saat itu yang terjadi hanyalah melihat, bukan membaca. Disebutkan pula oleh Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ (2:187-189) bahwa para ulama melarang orang junub untuk membaca Al-Qur’an. Namun mereka masih membolehkan jika orang yang junub tersebut melihat mushaf Al-Qur’an dan dia hanya membaca di dalam hati, tanpa menggerakkan lisan. Jadi kedua hal tersebut berbeda. Tidak menggerakkan bibir atau lidah berarti tidak dianggap membaca. Kesimpulannya, tidak cukup mulut mingkem (diam) saat membaca, yang tepat lidah atau bibir (lisan) digerakkan. Itulah baru disebut membaca jika dituntut membaca seperti membaca Al-Fatihah, membaca surat, dan membaca dzikir. Wallahu waliyyut taufiq. Rumaysho.com ............ 📌 Dalil yang jelas menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat membaca dzikir dalam shalat itu menggerakan bibirnya. Khabaab bin Arot radhiallahu ‘anhu pernah ditanya: أكان النبيُّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ يقرأُ في الظهرِ والعصرِ ؟ قال: نعم ، قُلنا: بِأَيِّ شيٍء كنتم تعرفونَ ؟ قال: باضطرابِ لِحْيَتِهِ
إظهار الكل...
Photo unavailableShow in Telegram
Bismillah 💎🌷 PEMAHAMAN DALAM AGAMA ADALAH TANDA KEBAIKAN DARI ALLAH ﷻ ☝🏻💯 https://t.me/Sunnah_ittiba عن معاوية رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من يرد الله به خيراً يفقهه في الدين ( رواه البخاري ومسلم ) "Barang siapa yang Allah ﷻ menginginkan kebaikan kepadanya, maka Allah ﷻ akan memberikan pemahaman dalam agamanya." (HR. al-Bukhari dan Muslim) 🔖 Diantara faidah hadits : ❶ Keutamaan memahami (mengilmui) agama, yakni ketika Nabi ﷺ menjadikan tanda bahwa Allah ﷻ menginginkan kebaikan untuk hambanya tatkala Allah ﷻ memberikan taufiq kepadanya untuk menuntut ilmu dan mendapatkan ilmu. ❷ Keutamaan Ulama yang memahami syari'at, maka ini peringatan atas keutamaan ilmu Syar'i dan kautamaan ahli ilmu. Seorang dikatakan ahli ilmu tatkala mereka menggabungkan antara ilmu dan amalan. ❸ Memahami ilmu agama, termasuk di dalamnya mempelajari ilmu aqidah pertama kali, kemudian mempelajari ibadah-ibadah, muamalah-muamalah dan selainnya dari masalah agama, maka pertama kali yang harus di pelajari terkait tentang Tauhid Rububiyah, Uluhiyyah serta Nama-nama dan Sifat-sifatnya-Nya. ❹ Bahayanya merasa cukup dengan Ilmu Syar'i dan berpaling dari mempelajarinya, karena tanda bahwa Allah ﷻ tidak menginginkan kebaikan untuknya tatkala dia tidak mempelajari agamanya. ❺ Ilmu adalah karunia dari Allah ﷻ maka hendaknya seorang hamba meminta kepada Robb-Nya tambahan ilmu, dan hendaknya dia menapaki jalan untuk mendapatkan ilmu diantaranya dengan mengambilnya dari para Ulama Rabbani. ➏ Apabila seorang muslim tidak memungkinkan baginya keluasan waktu dalam menuntut ilmu, maka cukup baginya untuk mempelajari apa yang Allah ﷻ wajibkan atasnya, dari perkara Tauhid dan Ibadah-ibadah yang telah Allah ﷻ wajibkan untuknya siang dan malamnya, apabila tersamarkan baginya (ada kerancuan) pada sebuah masalah, maka hendaknya dia bertanya kepada orang yang berilmu. Allah ﷻ berfirman : "Bertanyalah kalian kepada orang yang berilmu apabila kalian tidak mengetahui." عن معاوية رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ” من يرد الله به خيراً يفقهه في الدين ” . ( رواه البخاري ومسلم ) ✍🏻 من فوائد الحديث: ١- فضل الفقه في الدين إذ جعله النبي صلى الله عليه وسلم علامة على إرادة الله تعالى بعبده الخير حيث وفقه إلى طلبه وتحصيله. ٢- فضل علماء الشريعة فإن التنبيه على فضل العلم الشرعي تنبيه على فضل أهله. وأهله هم الذين جمعوا بين العلم والعمل. ٣- الفقه في الدين يدخل فيه التفقه في العقيدة دخولاً أولياً ثم التفقه في العبادات والمعاملات وغير ذلك من مسائل الدين، وأولاها بالعناية ما يتعلق بتوحيد الله عز وجل في ربوبيته وألوهيته وأسمائه وصفاته. ٤- خطر الزهد في العلم الشرعي والإعراض عن التفقه فيه فمن لم يرد الله به خيراً لا يفقهه في الدين. ٥- العلم هبة من الله فليسأل العبد ربه أن يزيده علماً، وعليه أن يسلك سبيل التعلم وذلك بالأخذ عن العلماء الربانيين. ٦- إذا لم يتمكن المسلم من التوسع في طلب العلم فعليه أن يتعلم ما أوجب الله عليه من التوحيد ومن العبادات التي افترضها الله عليه في يومه وليلته، وإذا التبس عليه أمر سأل أهل العلم عنه قال تعالى (فاسألوا أهل الذكر إن كنتم لا تعلمون). الشيخ علي الحدادي - حفظه الله 📟 Saluran Telegram Asy-Syaikh Ali bin Yahya al-Haddady hafidzahullah
إظهار الكل...
Ittiba' Sunnah

Nerakamu memang bukan urusanku&surgapun belum tentu jdi milikku.Tapi mengajakmu dlm kebaikan adlh kewajibanku Allah ta'ala berfirman, فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ الْمُبِينُ Maka ketahuilah kewajiban yg dibebankan atasmu hanyalah menyampaikan dg terang

اختر خطة مختلفة

تسمح خطتك الحالية بتحليلات لما لا يزيد عن 5 قنوات. للحصول على المزيد، يُرجى اختيار خطة مختلفة.